Nasional

Istri Almarhum Munir Tuntut Janji Jokowi

Istri Almarhum Munir Tuntut Janji JokowiJanji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan semua kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dipertanyakan.

Pemerintah saat ini dianggap tidak peduli akan kasus HAM, bahkan kasus pelanggaran HAM seakan ditaruh di tempat gelap.

Suciwati, istri almarhum aktivis Munir Said Thalib merasa dipermainkan rezim pemerintahan Jokowi.

Sebab, bukannya mendapat titik terang kematian suaminya, dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir malah diklaim tidak ada atau tidak dimiliki oleh Kementerian Sekretariat Negara. Padahal dokumen TPF harusnya disimpan oleh Setneg sebagai lembaga yang mengurusi administrasi Presiden berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24/2015.

“Kalau 12 tahun perjalanan kasus suami saya biasa ya kayak semacam kita bisa melihat perilaku. Di mana negara senang sekali mempermainkan masyarakatnya, dalam hal ini saya sebagai keluarga korban,” kata Suciwati dalam jumpa pers di kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (9/10).

Selama ini, dia dijanjikan akan penyelesaian kasus kematian suaminya lewat TPF. Namun, dokumen TPF malah terbengkalai di tangan aparatur negara. Kasus Munir semakin menjadi ‘bola liar’ dan dijadikan komoditas politik tiap ada hajatan politik karena tak kunjung selesai.

“Suami saya dihilangkan. Presiden yang baru ini (Jokowi) menjadikan (kasus Munir) komoditas politiknya. Mereka terus mempermainkan tidak hanya saya, tapi juga masyarakat kita. Kasus ini terus diolah, digoreng,” kata dia.

Suciwati makin merasakan kepahitan tatkala Presiden malah mengangkat orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Munir ke panggung-panggung kekuasaan. Diapun mengaku makin merasakan, bahwa selama ini ternyata penegakan hukum di Indonesia hanya untuk kaum kapitalis semata. Sementara warganya harus berjuang sekuat tenaga untuk memperoleh keadilan, namun harus melewati rasa sakit yang berkepanjangan.

  Tim KDOL PPRC TNI Memasuki Daerah Musuh Dengan Senyap

“Ini negara kacau, negara salah urus. Pemerintah berfoya-foya di atas penderitaan rakyat. Mereka menegakkan hukum untuk kapitalis. Saya merasakan itu. Yang saya lihat adalah rasa kesakitan yang berkepanjangan,” lirihnya.

Untuk kasus kematian suaminya, Suciwati kini menggantungkan harapan ke Komisi Informasi Publik (KIP), agar memutuskan hasil TPF wajib diungkapkan ke publik.

“Kami tidak menyerah. Saya tidak mau rakyat yang berkata benar dibunuh, dihabisi. Akal sehat kita terus-terusan dihina oleh negara ini,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *