Menguak Pengusiran Setan Modern di AS

Menguak Pengusiran Setan Modern di ASPengusiran setan, yang di Indonesia identik dengan kepercayaan dan budaya, ternyata juga dilakukan di negara-negara barat, salah satunya Amerika Serikat. Caranya mungkin berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang di Indonesia.

Namun, mengingat masih ada perdebatan antara orang yang percaya dan yang tidak, juga orang-orang yang berusaha menjelaskannya dari sudut pandang sains secara ilmiah, banyak orang yang penasaran untuk membuktikan hal ini. Vice mewawancarai dua orang ahli di Amerika Serikat, untuk menguak tata cara dan kepercayaan orang banyak mengenai pengusiran setan di Amerika Serikat.

Salah satu orang yang bisa menjelaskan hal ini adalah Pendeta Vince Lampert. Dia sudah menjadi Imam Katolik selama 25 tahun. Dia ditugaskan Uskup Agung untuk menjadi pengusir setan di Indianapolis, Amerika Serikat. Dia mengaku, posisi dan tugas ini bukan kehendaknya sama sekali. Tetapi karena di tahun 2005, dia ditugaskan Uskup Agung untuk menjalani tugas ini.

Uskup Agung mengatakan kepadanya, dia ingin seorang pendeta yang percaya dengan adanya roh jahat. Dia tidak ingin memilih orang yang mudah tertipu. Pendeta Lampert adalah salah satu dari 12 orang yang resmi menjadi pengusir setan di Amerika Serikat pada waktu itu. Kini, ada sekitar 50 orang memiliki tugas yang sama dengannya.

Pendeta Lampert mengatakan, sebagian orang menganggap hal ini sebagai hiburan. Dan kadang, tanpa mereka sadari, mereka telah berkecimpung dengan roh jahat dan bahkan membuka pintu masuk bagi roh jahat tersebut ke dalam kehidupan mereka. Untuk itu, dibutuhkan pengusiran setan untuk menyelamatkan orang-orang yang kesurupan.

Ternyata, pengusiran setan sudah sejak lama dilakukan. Selama bertahun-tahun pengusiran setan mengalami banyak perubahan. Menurut Pendeta Lampert, upacara pengusiran setan yang tertua dilakukan pada tahun 1614. Cara itu lantas direvisi pada tahun 1999. Percaya tidak percaya, kini ada yang namanya Asosiasi Pengusir Setan Internasional, yang baru saja mendapat persetujuan resmi dari Vatikan 2 tahun lalu. Setiap tahun, ada pertemuan di Vatikan.

Film-film yang menceritakan tentang upacara pengusiran setan menumbukan banyak pertanyaan dan mendorong banyak orang untuk melakukan pembuktian. Pada banyak film digambarkan dan dikisahkan bagaimana seseorang dirasuki roh jahat. Mulai dari bola mata berputar dan memperlihatkan bagian putihnya, mulut menganga, dan tampak seperti ada monster dalam dirinya, hingga suara seperti binatang yang dikeluarkan orang tersebut. Semua itu bisa saja terjadi di dunia nyata, menurut Pendeta Lampert.

Indonesia

Di Indonesia, ada banyak kasus kerasukan setan, atau juga sering disebut kesurupan. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang hanya meracau dan menggunakan bahasa asing, padahal orang tersebut tak pernah belajar bahasa tersebut. Ada juga yang mengamuk hingga mengakibatkan cedera bahkan bisa menghilangkan nyawa.

Begitu banyak ragam wujud kerasukan. Ditambah lagi, gambaran kerasukan ini diperkuat dengan berbagai video yang bisa diakses di Internet, serta film-film yang menceritakan bagaimana seseorang saat kerasukan setan. Orang yang tak percaya boleh saja tak peduli. Tapi orang yang percaya dan setidaknya penasaran, mendorong banyak orang untuk mencari bukti kebenaran di balik fenomena yang populer tersebut.

Masih dari Vice yang berusaha menguak bagaimana sebenarnya kesurupan dan pengusiran setan dilakukan di Amerika Serikat. Vice berbincang-bincang dengan dua orang ahli, Pendeta Lampert dan juga Michael Shermer. Pendeta Lampert telah menceritakan bagaimana pengusiran roh jahat itu dilakukan sejak tahun 1614 hingga sekarang.

Namun, ada pertanyaan lain yang mungkin mengganggu pikiran banyak orang. Fenomena banyaknya orang kesurupan di Amerika Serikat menimbulkan tanya dan keraguan, apakah benar orang mudah untuk dirasuki.

Penderta Lampert mengatakan, sebenarnya, kasus kerasukan setan itu sangat jarang. Hanya ada 1 di antara 5000 orang yang menghubunginya, yang betul-betul kerasukan. Untuk melakukan upacara pengusiran setan, Pendeta Lampert tak bisa bekerja sendirian. Dia dibantu seorang asisten yang bertugas menerima telepon dan pengaduan. Asisten Pendeta Lampert mengatakan, ada banyak orang yang hanya ingin keluh kesahnya didengarkan, bukan benar-benar kerasukan atau diganggu roh jahat.

Pendeta Lampert mengira mungkin itu bukan kerasukan, tapi dia memiliki masalah kesehatan mental. Meskipun begitu, untuk menangani orang-orang yang benar-benar kerasukan, dia membutuhkan beberapa alat. Dia selalu membawa injil dan air suci. Dia lantas mencipratkan air suci ke atas kepala orang yang kerasukan. Dia bercerita, orang itu lantas mulai mengatakan sesuatu yang dia bahkan tidak tahu bahasa apa itu. Pendeta Lampert lalu berdoa. Kemudian memerintahkan roh jahat tersebut untuk pergi.

Setiap orang memiliki pandangan masing-masing mengenai hal ini. Ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya. Pandaangan Michael Shermer, pendiri majalah Skeptical sekaligus mantan Evangelical Christian mungkin sedikit berbeda dari Pendeta Lampert. Dia mengatakan penelitian mengenai pengusiran setan populer sejak ada majalah Skeptical. Di Amerika, dia menjelaskan, 1 di antara 10 orang mengaku telah melihat proses pengusiran setan.

Shermer menerangkan, ciri-ciri orang kesurupan yang bisa dilihat di Youtube atau film dokumenter semuanya memiliki kesamaan. Mulai dari glossolalia (fenomena mengucapkan bahasa yang tak diketahui, terutama pada saat ibadah) hingga gerakan-gerakan lainnya, seperti memuja sesuatu dalam sebuah upacara keagamaan. Apa yang mungkin belum terbukti secara ilmiah tentu saja mengundang kecurigaan, keraguan, dan mendorong mereka untuk membuat penelitian.

Beberapa ahli bahasa menganalisa apa yang orang-orang kesurupan ucapkan melalui rekaman. Dan ternyata, mereka mengatakan apa yang diracau bukan ‘bahasa.’ Tapi sebuah babble atau ocehan yang sesungguhnya merupakan psikodrama. Shermer mengatakan, di dunia ini hanya ada sesuatu yang normal, alamiah, dan hal-hal yang belum bisa orang jelaskan. Sementara Pendeta Lamper mengatakan, orang akan percaya dengan apa yang mereka percaya. Dia tak akan memaksa orang lain untuk mempercayai apa yang dia percaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed