Sawah Digenangi Banjir, Petani Purwaharja Gagal Panen

Sawah Digenangi Banjir, Petani Purwaharja Gagal PanenBanjir yang menggenangi areal persawahan di wilayah Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar dan Cisaga, Kabupaten Ciamis sekitar Rawa Onom, hingga Selasa 11 Oktober 2016 belum menunjukkan tanda bakal segera surut. Tingginya permukaan air mengakibatkan banyak tanaman padi gagal panen, karena padi mulai membusuk.

Pantauan di sekitar Rawa Onom, banjir tidak hanya menenggelamkan persawahan di wilayah Siluman Baru, akan tetapi juga Desa Raharja dan Mekarharja di Kecamatan Purwaharja. Demikian pula persawahan di beberapa desa yang masuk wilayah Kecamatan Cisaga, Ciamis. Tingginya permukaan air, mengakibatkan tanaman padi siap panen yang lokasinya dekat rawa tidak lagi terlihat. Sedangkan di tempat yang agak tinggi, beberapa petani masih dapat memanen tanaman yang sudah terendam banjir tidak terlampau tinggi.

Sementara itu, di sisi lain terdapat timbunan padi yang sudah dipanen akan tetapi belum dilepaskan dari tangkainya teronggok di tengah banjir. Seorang petani tampak membersihkan aliran irigasi yang menuju Sungai Citapen. Aliran air penuh sampah sisa batang padi. “Mestinya seminggu lagi panen, akan tetapi banjir lebih cepat datang, Sejak hari Minggu (9/10/2016) sampai sekarang belum surut. Tiga hari terendam, gabah mulai busuk, gagal panen,” ungkap Ujang (43) warga Siluman Baru.

Di sela membersihkan saluran irigasi dari sampah bekas panen, dia mengungkapkan, beberapa petani tidak sempat menyelamatkan gabah yang baru dipanen. Gabah tersebut masih ditinggal di sawah, karena belum dilepas dari tangkainya. “Ada yang tinggal digebot saja, tetapi keburu datang banjir. Saat panen, tidak langsung digebot, karena keburu turun hujan lebat. Ternyata sawah kebanjiran, akhirnya tidak bisa lagi diselamatkan,” tuturnya.

Dia mengungkapkan persawahan gagal panen yang ada disekitar Rawa Onom sedikitnya mencapai 7 hektare. Ujang juga mengungkapkan beberapa petani lain, nasibnya juga sama, sawahnya gagal panen.

Petani Purwaharja, Maman, mengungkapkan bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini dari 100 bata, rata-rata menghasilkan 6 kuintal gabah kering giling (GKG), dengan harga Rp 4.500 per kilogram. Akibat diterjang banjir, dia tidak dapat panen. “Tidak begitu luas, hanya 200 bata. Semuanya terendam banjir dan gagal panen. Sebenarnya tinggal seminggu lagi, tetapi keburu kena banjir,” ujarnya.

Lebih lanjut petani asal Purwaharja tersebut menambahkan, selain gagal panen, sebagian besar areal persawahah di tempat tersebut baru selesai diolah, untuk persiapan tanam. Sedangkan sebagian lainnya sudah mulai ditanam. “Ada yang baru mengolah sawah untuk persiapan kembali tanam, dan sudah ada yang baru tanam. Sebagian kecil memang ada yang baru masa panen, tetapi keburu kena banjir. Jadi harus dimulai dari awal lagi,” tutur Maman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed