Pemuda Harus Jadi Pelopor Program Kesehatan

Pemuda Harus Jadi Pelopor Program KesehatanMenyongsong Peringatan hari Sumpah Pemuda ke-89, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menantang kepeloporan pemuda Indonesia dalam bidang kesehatan. ‘’Kesehatan masyarakat adalah bagian penting dalam pembangunan bangsa,’’ ujar Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, dr. Sigit Priohutomo, MPH. Di tengah masyarakat yang sibuk dengan pencapaikan ekonomi, urusan pemeliharaan kesehatan sering terabaikan. ‘’Sebagai pemilik masa depan, pemuda ditutntut kepeduliannya dalam masalah kesehatan,’’ Sigit menambahkan.

Pencapaian ekonomi tak ada artinya bila harus mengorbankan sisi kesehatan. Lebih jauh, Sigit juga mengingatkan bahwa proses pembangunan bangsa akan menghadapi persoalan serius jika masalah kesehatan terbengkelai. Pejabat Kemenko PMK yang mengawal isu-isu kesehatan nasional itu justeru menyayangkan bahwa masyarakat, khususnya anak muda saat ini, kurang peduli dalam menjaga pola hidup sehat. Jumlah penderita penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, cenderung meningkat.

“Gaya hidup masyarakatnya saja maunya serba instan, olahraga malas, kebiasaan rokok dan minum-minuman beralkohol juga masih tidak bisa dihilangkan,” ucap Sigit di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Laporan dari Health Sector Review 2014 menyebutkan bahwa kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular (PTM) seperti Jantung, Gagal ginjal dan Stroke masih menduduki peringkat pertama.

Sigit menjelaskan, tiga puluh tahun lalu, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit ini ditengarai oleh perubahan gaya hidup masyarakat dan parahnya pemuda-pemuda menjadi bagian dari serangan PTM tersebut.

“Ini menjadi ancaman bagi bangsa kita. Usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila derajat kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku hidup yang tidak sehat”, tuturnya.

Dikatakannya, pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada perilaku individu yang didukung dengan kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan, menciptakan sumber daya kesehatan yang berkualitas serta dukungan regulasi. Di samping itu, pembelajaran di era jaminan kesehatan nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik, yaitu penyakit jantung, Gagal Ginjal, Kanker, dan Stroke.

Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.“Upaya mengurangi beban anggaran harus sejalan dengan perubahan paradigma bahkan perilaku masyarakat untuk lebih berparadigma sehat dan menerapkan pola hidup yang sehat”, ujar Sigit lagi.

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang ke-89 yang mengusung tema berani bersatu, maka pungawal isu kesehatan di Kemenko PMK itu berharap perilaku hidup sehat bisa diperankan oleh pemuda. Mengingat pemuda adalah pewaris semangat juang pahlawan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan Indonesia dalam bidang kesehatan.

“Jika Pemuda tidak mulai ikut berkontribusi dalam kesehatan, maka pembangunan akan sia-sia. Pemuda adalah tonggak kekuatan bangsa, tanpa pemuda regenarasi kita akan mandeg. Itulah mengapa kesehatan pemuda akan turut menentukan kualitas sumber daya manusia indonesia. Jika pemuda sehat maka, mencapai masa keemasan Indonesia akan semakin nyata,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed