Pemerintah Jangan Jadikan Pancasila Sebagai Tafsir Tunggal

Pemerintah Jangan Jadikan Pancasila Sebagai Tafsir TunggalAnggota MPR RI, Haerudin Amin, S.Ag., MH kembali menggelar sosialisasi empat pilar di Pondok Pesantren (Ponpes) Persatuan Islam (Persis) Karangpawitan Kabupaten Garut, Sabtu (11/11/2017).

Legislator Fraksi PAN, Haerudin Amin tengah menyerahkan secara simbolis buku panduan empat pilar kepada Ketua PC Persis Karangpawitan.

Dihadapan sekitar 150 peserta yang didominasi jamaah, simpatisan serta santri ponpes tersebut, Haerudin menegaskan bahwa negara Indonesia dilahirkan atas jasa umat muslim, oleh karenanya ia menilai wajib hukumnya bagi seorang muslim untuk membela tanah airnya.

Pancasila yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, menurutnya tidak saja mengandung nilai budaya bangsa, melainkan juga menjadi sumber hukum dasar nasional, dan merupakan perwujudan cita-cita luhur di segala aspek kehidupan bangsa.

Acara yang digagas Pimpinan Cabang (PC) Persis Karangpawitan Kab Garut bukan hanya mengundang antusias warga dan simpatisan untuk memenuhi ruangan tetapi juga berlangsung cukup dinamis. Hal tersebut tampak pada sesi tanya jawab dengan yang dilakukan sebelum acara diakhiri.

“Pancasila bukan agama, tetapi saripati nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila diantaranya diambil dari nilai agama seperti nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keadilan dan musyawarah,” terang legislator Fraksi PAN ini.

Dijelaskannya, negara yang berlandaskan pancasila lebih menekankan pada religiusitas atau agama. Hal tersebut termaktub dalam sila ketuhanan yang maha Esa sebagai basis iman dan moral bagi manusia Indonesia dalam rangka meraih suatu persatuan dan kesatuan.

“Dengan demikian, hakikat Pancasila sebagai pendukung agama. Tanpa ada agama seperti pada sila pertama, rasanya pancasila rasanya sulit dijalankan,” jelasnya.

Dengan demikian, sambungnya, relasi Pancasila dan agama merupakan pendorong ke arah religi atau agama itu sendiri. Maksudnya pancasila sebagai eka sila yaitu cinta kasih kepada Tuhan. Dengan begitu, pancasila menunjuk sebagai potensi ke arah religi. Oleh sebab itu, tidak mungkin pancasila bertentangan dengan agama. Sebaliknya, pancasila merupakan dukungan bagi agama.

Ia pun menilai pancasila dan agama memiliki hubungan yang sangat inheren dan melekat dengan sila-sila lainya, sebagai upaya petunjuk bagi manusia dalam berkelakukan dan bertindak pada sesama manusia dan antar pemeluk agama hingga terbentuk kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

Namun demikian, ditegaskan Haerudin jangan sampai nilai-nilai murni pancasila dijadikan alat pukul oleh penguasa bagi pihak-pihak yang dinilai bersebrangan secara politik dengan pemerintah. Sebab, dalam pandangannya tafsir pancasila tidak diharuskan sebagai tafsir tunggal oleh pemerintah karena akan berimbas menjadi kekuasaan politiknya.

“Janganlah sampai tafsir pancasila dijadikan tafsir tunggal oleh pemerintah yang berujung pada dijadikannya sebagai alat kekuasaan politik. Bila hal itu terjadi, maka dikhawatirkan akan akan menjadi alat pukul bagi lawan-lawan yang dianggap berseberangan,” ujarnya.

Justru dirinya berharap, pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, landasan dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan sumber nilai bagi segala penyelenggaraan negara baik yang bersifat kejasmanian maupun kerohanian. Hal ini, dipaparkan Haerudin yang terpilih dari Dapil Jabar XI, berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan atau kehidupan bernegara yang materiil maupun spiritual harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh.

Pada kesempatan itu tampak hadir Ketua PC Persis Karangpawitan Kabupaten Garut, Ustadz Dede Kusnadi, Sesepuh Masyarakat, Ustadz Edi Rudiyanto juga Pimpinan Ponpes, Ustadz Azki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed