Miss Tjitjih adalah legenda dunia sandiwara Sunda sebelum Perang Dunia II. Dia wafat tahun 1936. Namanya diabadikan menjadi gedung pertunjukan dan perkumpulan sandiwara Sunda yang pada dasawarsa 1950an terletak di Jalan Kramat Raya, Jakarta.
Neneng Fitri mengenang kembali sosok legendaris itu melalui sebuah lagu Cianjuran bertajuk “Mega Mendung”, lagu yang sekaligus menjadi judul album.
“Insya’Allah album baru ini dirilis September 2018. Lagu Mega Mendung itu ciptaan saya sendiri. Aransemennya juga kreasi saya. Tentu saja saya juga dibimbing oleh seniman senior,” papar seniwati yang sudah merilis banyak karya rekaman Cianjuran, Degung, dan Pop Sunda.
“Berawal dari basic saya yang dibesarkan di keluarga besar seniman tembang/mamaos, pastinya saya akan terus memperjuangkan seni Tembang Sunda Cianjuran, dan mengupayakan supaya Tembang Sunda ini tetap di cintai oleh setiap kalangan, dizaman apa pun dan di mana pun. Rasa sayang saya kepada tembang tidak sebatas hanya ingin mempelajari saja, tetapi ingin turut memperkaya Tembang Sunda Cianjuran dengan belajar membuat karya lagu. Saya mencoba membuat lagu dalam laras Wisaya, mamaos dan juga panambihnya dengan judul Mega Mendung,” tutur Neneng kepada wartawan Aksi.co ketika berbincang via telfon selular, Senin (1/9).
Lagu “Mega Mendung” terinspirasi kisah akhir hayat Miss Tjitjih. “Setelah membaca sejarahnya, sangat luar biasa, beliau artis serba bisa. Bisa teater, tari, nyanyi dll. Perjalanan hidupnya berakhir di atas panggung ketika sedang berperan dalam lakon Gagak Solo. Yang saya bayangkan, semua yang hadir disitu merasa sedih. Langit yang tadinya cerah menjadi mendung karena tangisan para penggemarnya. Dari situ saya berfikir, sepertinya peristiwa itu bagus jika dijadikan lagu. Kemudian, dibantu oleh para seniman senior seperti Kang Iik Setiawan , Kang Dede Suparman, Kang Iyus Onta, Kang Iwan, terciptalah lagu Mega Mendung yang saya dedikasikan untuk mendiang Miss Tjitjih. Dan Kang Abas Sudiana mendokumentasikannya dalam bentuk VCD. Semoga karya kami ini bisa ngeuyeuban Tembang Sunda Cianjuran,” papar Neneng.
Yosie Wijaya