Akhir Perjalanan Kasus Nenek yang Ditendang-Diseret di Pasar Sleman

Akhir Perjalanan Kasus Nenek yang Ditendang-Diseret di Pasar Sleman

Usai sudah perjalanan kasus nenek Rubingah (60) yang ditendang dan diseret di Pasar Potrojayan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Peristiwa yang videonya viral di media sosial hingga polisi turun tangan itu berujung damai.

“Saya hanya ingin menegaskan dan meluruskan kaitannya dengan kejadian di Pasar Prambanan yang menimpa Ibu Rubingah,” kata Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah di Mapolres Sleman, Sabtu (25/1/2020).

“Jadi kejadian yang terjadi pada tanggal 20 (Januari) itu sudah clear, sudah disepakati kedua belah pihak dan sudah saling memaafkan. Selain itu, korban juga tidak menuntut,” sambung Rizky.

Rizky menjelaskan, baik Rubingah dan pria yang diduga menendang Rubingah telah bertemu pada tanggal 23 Januari di Polsek Prambanan. Hasilnya, mereka sudah berdamai.

“Bahwa betul memang kalau ada peristiwa yang diduga mengambil dan penganiayaan. Tapi, dari awal sudah saya sampaikan kepada penyidik, betul lihat fakta, tapi kita lihat, dalami dulu, dan nanti kita gunakan asas kemanusiaan (dalam menanganinya),” ucapnya.

“Setelah itu, kita bersama teman-teman, dibantu satgas dari Pemda bersepakat untuk melakukan mediasi, dan alhamdulillah tanggal 23 kemarin sudah ada kesepakatan antara yang diduga menendang dan Rubingah,” imbuh Rizky.

Menurut Rizky, polisi lebih memilih langkah mediasi karena setelah didalami ternyata Rubingah saat ini hanya tinggal sendiri. Selain itu, Rubingah mengalami depresi.

“Setelah kita dalami, beliau ini (Rubingah) ternyata tinggal sendiri dan anaknya di Jakarta. Kemudian (Rubingah) juga agak terganggu (kejiwaannya), itu keterangan dari para tetangga,” katanya.

Diketahui, beberapa hari lalu muncul video yang menunjukkan seorang nenek tengah ditendang dan diseret kausnya di sebuah pasar. Dalam keterangan video yang salah satunya ada di akun Twitter @merapi_news disebut peristiwa itu terjadi Pasar Gendeng Piyungan, Sleman.

“Jahat atau tidaknya, tidaklah pantas memperlakukan orang tua seperti video di bawah ini,kejadian di pasar gendeng piyungan,kemarin| @Kensar_” tulis akun @merapi_news, dilihat, Rabu (22/1).

Dalam video itu, tampak seorang nenek berkaus biru, memakai tas berwarna putih hijau, menggunakan kain penutup kepala dan menggunakan masker. Berdasarkan percakapan yang terekam dalam video itu, diduga nenek tersebut mencuri di Pasar Potrojayan, Prambanan, Sleman.

Diketahui nenek berbaju biru itu bernama Rubingah, berusia sekitar 60 tahun, warga Dusun Kranggan 1, Jogotirto, Berbah, Sleman. Warganet pun geram dengan video itu. Berbagai respons muncul.

Polisi turun tangan dengan memeriksa sejumlah saksi dari pihak Paguyuban Pasar Potrojayan dan pedagang setempat.

Setelah peristiwa itu, Rubingah sempat ‘menghilang’ selama tiga hari. Saat ditemui di rumahnya, Rubingah tampak sehat. Namun, saat diajak bicara Rubingah menjawab tidak jelas dan terkesan melantur.

“Aku punya utang Rp 10 juta, tambah lagi Rp 3 juta, totalnya Rp 13 juta,” jawab Rubingah saat ditanya soal kepergiannya selama tiga hari, Jumat (24/1).

Kepala Dusun Kranggan 1, Suharmadi yang mendampingi Rubingah meminta maklum. Sebab, Rubingah memang diketahui kerap pergi lalu tiba-tiba sudah kembali ke rumahnya.

“Memang biasanya seperti itu. Rubingah pergi begitu saja nanti tahu-tahu kembali. Memang sering seperti itu,” ujar Suharmadi.

Sebelum menghilang pada Selasa (21/1), Suharmadi sempat menengok Rubingah. Saat itu si nenek sempat berpamitan kepadanya.

“Selasa itu saya datang ke rumahnya, lalu tanya ada yang sakit nggak, lalu simbah masuk rumah. Tak berselang lama dia pamit ke saya katanya mau ke daerah Piyungan,” tuturnya.

Suharmadi mengatakan bakal sering menengok Rubingah untuk mengontrol dan memastikan keberadaan Rubingah. Dia pun akan meminta bantuan dari warga lain untuk saling menjaga dan mengawasi.

Terkait kasus penganiayaan, pihak keluarga Rubingah akhirnya memutuskan menyelesaikannya secara kekeluargaan.

“Nenek Rubingah dalam keadaan baik. Saya sebagai wakil dari keluarga Rubingah sudah menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan,” ujar Suharmadi.

Suharmadi menyebut keputusan ini diambil dengan banyak pertimbangan. Pihaknya yakin ini adalah keputusan terbaik.

“Saya pikir ini yang terbaik. Karena mempertimbangkan banyak hal, banyak aspek, psikologi keluarga baik pelaku maupun korban,” tuturnya.

Keputusan ini juga diambil setelah meminta pertimbangan anak Rubingah, Wiwin. “Kami tidak cari musuh, kita saudara,” ujarnya.

Suharmadi menuturkan pelaku pemukulan, Ngadirin juga sudah bertemu nenek Rubingah, Kamis (23/1) malam. Ngadirin pun sudah menyampaikan permintaan maafnya.

“Setelah ditemukan itu, Rubingah tidak bisa dimintai keterangan di kantor polisi, lalu saya bawa ke rumah. Saya undang pelaku pemukulan dan di situ berlangsung mediasi dan permintaan maaf. Pelaku (Ngadirin) juga dengan tulus minta maaf ke Rubingah, keluarga dan juga masyarakat kami,” jelasnya.

Dia pun meminta agar kasus ini ditutup dan dijadikan sebagai bahan pelajaran. Diharapkan tak ada lagi kasus main hakim sendiri seperti yang dialami nenek Rubingah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed