Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut dalam sebuah survei, layak menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggantikan posisi Megawati Soekarnoputri.
Hal itu pun dibantah oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Dalam Rakernas keempat, lanjut Hasto, Jokowi telah menyampaikan sikap soal kepemimpinan di partai berlambang banteng itu untuk mendukung Megawati Soekarnoputri ditetapkan kembali menjadi Ketua Umum PDIP 2015-2020.
Hal itu sesuai objektivitas kader partai, di mana Megawati dianggap berhasil menjadi figur yang membangun partai di masa sulit dan setia pada ideologi.
“Ibu Mega sukses antarkan PDIP jadi pemenang pemilu 2014 dan menjadikan Jokowi pengejawantahan rakyat,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta.
Atas hal tersebut, dalam Kongres keempat di Bali hanya tinggal mengukuhkan kepemimpinan Megawati sesuai spirit seluruh kader. PDIP di tangan Mega, kata Hasto, mampu menghasilkan pemimpin muda.
“Tak ada persoalan regenerasi, di DPR dan eksekutif banyak kader kami. Kondisi partai perlu negarawan seperti Ibu Mega. Presiden Jokowi dan Wapres JK, perlu sosok yang memegang prinsip ideologi sebagai proses wujudkan politik berdasarkan demokrasi Pancasila. Jokowi kan kader potensial justru ditempatkan sebagai presiden lewat surat mandat Ibu Mega,” jelasnya.
Alasan terpilihnya kembali Megawati sebagai Ketua Umum periode selanjutnya, tercermin dari suasana kebatinan kader partai dan aspirasi arus bawah. Menurutnya sosok Megawati tak tergantikan.
“Sosok Ibu Mega tak tergantikan. Kader pun memberi kesempatan Ibu Mega lanjutkan konsolidasi, rekrutmen dimulai dari bawah, kecamatan, kota, provinsi, betul-betul disaring sosok kader partai di tengah rakyat melalui wawancara dan pemahaman mereka soal kepartaian,” jelasnya.
Dengan begitu Hasto mengklaim bahwa suara kader partai tak akan pecah seperti kader partai lainnya. “Aspirasi Pak Jokowi dan DPC juga DPD. Kami dulu saat di luar pemerintahan saja solid, apalagi di dalam pemerintahan pasti sangat solid,” tutupnya.