Dia menyambut baik keberadaan museum ini, agar orang luar bisa melihat kekayaan batu Aceh. “Mudah-mudahan di masa hadapan batu Aceh bisa lebih megah dan lebih makmur,” ujarnya.
Ketua panitia peresmian Museum Giok Aceh, Adi S Madjid mengatakan museum milik Abu Usman terbuka untuk umum. Museum ini terus menambah koleksi dan berharap banyak masukan serta kritikan membangun dari berbagai pihak agar museum ini lebih maju.
Museum Giok Aceh memiliki ruang pamer dan gallery batu bisa diakses semua orang. “Juga tersedia info tourism agar siapapun bisa mengakses informasi wisata sehingga wisata Aceh lebih maju ke depan,” sebutnya.
Adi menambahkan museum ini juga menyediakan informasi pendidikan seputar batu, dan diharapakan menjadi pusat riset batu Aceh ke depannya.
Sementara Abu Usman, pemilik museum mengklaim, Museum Giok Idocrase ini merupakan pertama di Indonesia yang ada di Aceh. “Kita harus bangga,” ujar kolektor batu mulia ini.
Menurutnya demam batu melanda Aceh telah membuka banyak lapangan kerja, serta menjadi ajang bisnis yang menjanjikan. Batu juga bisa menjadi ajang silaturrahmi bagi semua masyarakat, tanpa membedakan kasta.
Museum Giok Aceh ini berada di gedung lima lantai dalam deretan pertokoan Peunayong, sanggup menampung 500 hingga 1.000 pengunjung. Lantai satu terdapat gallery batu alam, sementara lantai dua hingga empatnya masing-masing tersedia ruang pamer. Lantai lima terdapat aula serta dijadikan kantor museum.
Tak kurang 20 jenis batu dipamer di museum ini. Batu-batu ini berasal dari berbagai daerah di Aceh, seperti giok idocrase Aceh yang memiliki kualitas dunia. Idocrase memiliki beberapa varian seperti solar, neon, belimbing, bio solar, melon Aceh.
Dengan adanya museum ini Aceh ke depan diharapkan menjadi destinasi wisata batu di Indonesia.