Komisi VI Imbau Mendag Segera Atasi Persoalan di Bidangnya

Komisi VI Imbau Mendag Segera Atasi Persoalan di BidangnyaKetua komisi VI DPR RI Ir. H. Achmad Hafiz Tohir mengatakan, akan memberikan tambahan waktu seminggu kepada menteri perdagangan yang baru Tom Lombong untuk menguasai berbagai persoalan di sektor perdagangan yang menjadi bidang tugasnya.

“Lombong masih baru dan kelihatan bahwa dia belum menguasai betul berbagai persoalan di bidangnya seperti soal bagaimana mengatasi kelangkaan sapi yang diikuti kenaikan harga ayam 50 %, soal dweling time di pelabuhan, soal kerugian petani tomat dan sejenisnya,” Ujar Hafiz paska rapat kerja antara komisi VI DPR bersama kementerian perdagangan.

Lebih lanjut kata hafiz, minggu depan Lombong sudah harus punya road map yang komprehensif mau kemana arah kemendag ini di bawa dalam komandonya. ” Sudah tidak ada waktu lagi, rakyat, petani, pedagang kecil sudah menjerit agar pemerintah sigap memberikan solusi apalagi dalam saat yang bersamaan mendag sudah harus menyiapkan dan membahas bersama DPR tentang RAPBN 2016. Tak ada lagi masa belajar, sudah harus kerja kerja kerja seperti semboyan pemerintah ” tukas hafiz.

Mendag berulang kali mengatakan kebijakan yang akan diambilnya akan lebih pragmatis dan lebih mengutamakan hasil. Ini yang harus di koreksi, jangan setiap persoalan yang muncul kemudian diambil solusi instan misalnya kelangkaan daging sapi terus main import tukas Hafiz.

“Latar belakang Tom(panggilan akrab mendag) yang dari pasar uang mungkin agak kesulitan dan perlu banyak belajar untuk mengurusi sektor ril seperti yang di geluti sekarang” ungkap anggota fraksi PAN ini. –

Dalam raker yang berlangsung hingga rabu(19/8) tengah malam ini hafiz juga mengkritisi optimisme pemerintah yang berlebihan tentang pertumbuhan ekonomi yang menarget growt sebesar 5,5 % pada kwartal kedua 2015 padahal ADB saja menganalis growt Indonesia kwartal kedua ini 5,0 % sedangkan world bank lebih rendah lagi 4,7 %..

“Optimis boleh tapi jangan lebay deh, Rupiah sudah Rp 13.900, ada kementrian yang serapan anggarannya baru 9%, ekspor non migas minus 2%, IHSG rontok terus bahkan BI saban hari harus intervensi dengan menggelontorkan US$ 100 juta untuk menjaga kurs. Tentu devisa negara makin terkuras,” pungkas Hafiz.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *