Save Life Thalassemia Bersama Prodia

Ampi RetnowardaniLaboratorium Klinik Prodia kembali menggelar Bandung Youth Day yang keempat kalinya di City Walk Bandung, bertema “Save Life Thalassemia”. kegiatan ini merupakan puncak kegitan Road to Campus yang telh dilakukan 19-26 November.

Marketing Manager Laboratorium Klinik Prodia, Ampi Retnowardani mengatakan, penyakit thalassemia memang tak sepopular penyakit lainya seperti diabetes, hipertennsi, jantung kanker atau penyakit lainya. Padahal hingga saat ini, terdapat sedikitnya 250 juta jiwa yang dinyatakan sebagai penyandang Thalassemia. Jumlah ini akan terus meninggkat karena Thalassemia merupakan salah satu jenis penyakit genetika yang diturunkan. Selain itu, frekuensi pembawa sifat Thalassemia di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 6-10 persen. Artinya setiap 100 orang penduduk Indonesia terdapat 6-10 orang pembawa sifat Thalassemia. Jika tidak segera diatasi, jumlan penyandang Thalassemia akan terus berkembang.

“Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit ini, bahkan tidak ada gejala apapun yang ditimbulkan oleh pembawa sifat Thalassemia, ak mengetahiumereka seringkali tidak mengetahui bahwa mereka dapat menurunkn gen Thalassemia. Padahal pernikahan antara dua orang pembawa sifat Thalassemia berpeluang untuk melahirkan anak dengan Thalassemia mayor (25%) pada setiap kehamilannya. Dapat kita bayangkan, bila kondisi ini tidak diperhatikan maka jumlah pebderita Thalassemia akan berlipat ganda di waktu yang akan datang,” papar Ampi.

Ampi menyarankan untuk menditeksi Thalassemia sedari dini, karena Thalassemia tidak bisa disembuhkan. Pengobatan dan penanganan berupa transfusi darah hanyalah bersifat mengurangi gejala dan mempertahankan kadar homoglobin minimal dalam darah. Bahkan penampilan sebagian besar individu pembawa sifat Thalassemia tidak dapat dibedakan dengan individu normal dan mencegah perkawinan dintara sesama pembawa sifat Thalassemia merupakan tindakan penanganan yng paling tepat untuk mencegah penyebaran Thalassemia. Salah satu cara untuk mengindentifikasi pembawa sifat Thalassemia hanyalah melalui pemeriksaan laboratorium.

“kami berharap masyarakat, khusunya anak muda, semakin tahu dan mengenai Thalassemia. Biar bagaimanapun, mereka adalah generasi penerus bangsa. Edukasi sejak dini adalah hal yang terpenting yang dapat kami upayakan untuk memotivasi mereka agar turut serta aktif mencegah peningkatan prevalensi penyandang Thalassemia di Indonesia,” tandas Ampi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *