Pengunjung Gunung Tangkuban Perahu Membeludak

Pengunjung Gunung Tangkubanparahu MembeludakPesona Taman Wisata Alam (TWA) Gunung TangkubanPearahu di Lembang, Kabupaten Bandung Barat tak pernah memudar. Setiap libur panjang akhir pekan dan Idulfitri, kunjungan wisatawan selalu membeludak.

Nurlela, Direktur Keuangan PT Graha Rani Putra Persada selaku pengelola TWA mengungkapkan, pengunjung pada libur Lebaran kali ini mencapai lebih dari 10.000 orang per hari. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara.

“Jumlah pengunjung libur Lebaran ini meningkat walaupun tidak signifikan. Ini terjadi mulai H+1 hingga H+3 Lebaran, ” ujarnya di TWA Tangkubanparahu, Minggu 10 JUli 2016.

Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung pada liburan kali ini, lanjut dia, pihaknya sudah mempersiapkan pekerja tambahan yang ditempatkan di pintu masuk, penjaga loket, tim pengamanan serta juru parkir yang berada di atas dekat dengan kawah. Hal itu dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pengunjung objek wisata unggulan Jawa Barat itu.

Pada Minggu 10 Juli 2016 pagi hingga siang, masih tampak antrean kendaraan menuju TWA Tangkuban Perrahu. Mereka datang dengan menggunakan kendaraan roda dua, rodaempat, dan bus pariwisata. Kawah Ratu dan Kawah Domas di areal Tangkuban Perahu menjadi daya tarik tersendiri. Para pengunjung berfoto ria mengabadikan momen tersebut melalui jepretan kamera.

Jika ditelusuri lebih jauh, pesona Tangkuban Perahu tak hanya sampai di situ. Namun, kawasan tersebut juga menyimpan sejarah Bandung masa lalu yang belum banyak diketahui masyarakat luas.

Pakar geologi dan Penulis Buku Cekungan Bandung, T Bachtiar mengungkapkan, Tangkubanparahu merupakan sisa letusan Gunung Sunda Purba atau yang dia sebut sebagai Gunung Jayagiri. “Gunung Tangkuban Perahu adalah generasi ketiga dari Gunung Jayagiri,” katanya.

Dia menuturkan, Gunung Jayagiri meletus sekitar 500.000 tahun yang lalu, sehingga menghasilkan Gunung Sunda. Gunung Sunda kemudian meletus sekitar 210.000 tahun yang lalu dan menghasilkan Gunung Tangkuban Perahu.

Berdasarkan catatannya, Bachtiar menuturkan, Gunung Tangkuban terakhir meletus sekitar 90.000 tahun lalu dan menjadikan gunung tersebut tampak seperti sekarang. “Saat ini kawah-kawah di gunung tersebut masih aktif dan menjadi daya tarik tersendiri,” katanya.

Selain itu, Gunung Tangkubanparahu juga lekat dengan cerita Sangkuriang yang menjadi legenda di tanah Pasundan. Di dalam cerita tersebut juga terkandung pesan moral dan kearifan lokal yang perlu dipertahankan.

Sayangnya, menurut Bachtiar, berbagai hal tersebut masih luput dari penataan TWA Tangkuban Perahu. Seharusnya, berbagai informasi tersebut disampaikan pengelola kepada pengunjung.

“Bisa saja dibuat papan informasi yang berisi segala informasi tentang Tangkubanparahu. Saat ini, informasi itu belum ada,” katanya.

Bachtiar mengakui, informasi mengenai latar belakang pembentukan alam di sejumlah objek wisata di Jawa Barat saat ini masih minim. Beberapa objek wisata yang sudah menerapkan hal itu, di antaranya Taman Hutan Raya Ir Djuanda di Bandung dan Geopark Ciletuh di Sukabumi.

“Informasi seperti ini penting untuk disampaikan pengelola objek wisata. Tak hanya untuk menarik pengunjung, tetapi juga agar pengunjung mendapatkan wawasan dan informasi baru setelah pulang dari objek wisata tersebut,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *