Salip Thailand dan Malaysia Mungkin, Salip Singapura Masih Sulit

Salip Thailand dan Malaysia Mungkin, Salip Singapura Masih SulitDaya saing Indonesia sedang dalam track yang bagus. Ada momentum yang mendukung daya saing itu terus menguat. “Kita melihat ada potensi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, daya saing kita akan terus membaik,” ujar Prof. Agus Sartono, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama di Kementerian Kordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Kamis (04/10).

Agus Sartono, Guru Besar Ilmu Ekonomi dari UGM itu, mengemukakan pendapatnya dalam menanggapi publikasi World Economic Forum (WEF), dirilis Kamis (28/9) pekan lalu, yang menyebutkan bahwa peringkat daya saing Indonesia naik secara global (Global Competitiveness Index) 2017-2018 ke posisi 36 dari 137 negara. Peringkat 36 ini adalah kenaikan 5 tingkat setelah tahun lalu berada di posisi 41.

Daya saing Indonesia itu, menurut siaran pers WEF, didorong oleh perbaikan dalam hal institusi bisnis maupun pemerintahan, lingkungan mikroekonomi, adopsi teknologi, mutu pendidikan yang membaik, infrastruktur ekonomi, dan ukuran pasar domestik yang besar. ‘”Kita sedang membangun banyak infrastruktur ekonomi, ini salah satu potensi yang bisa mengatrol daya saing yang lebih tinggi,” Prof. Agus menambahkan.

Peringkat 36 ini memang bukan posisi terbaik yang bisa diraih Indonesia. Pada tahun 2014, daya saing Indonesia bahkan berada di posisi 34. Peringkat 36 pada tahun 2017 ini, dari 137 negara yang disurvei, juga belum cukup kuat dalam persaingan di antara negara Asean. Posisi Thailand di peringkat 32, Malaysia 23 dan Singapura di posisi nomor 3 terbaik di dunia. ‘’Bagi kita, menyalip Thailand dan Malaysia sangat mungkin, menyalip Singapura masih sulit,’’ kata Agus pula.

Namun Agus Sartono mengingatkan, bahwa dalam membangun daya saing, Indonesia jangan hanya terpaku pada masalah kelembagaan bisnis dan infrastruktur ekonomi. Menurut Agus, ada tiga pilar penting yang perlu dipacu, yakni kemampuan untuk melakukan inovasi, kesiapan teknologi dan tenaga kerja dengan pendidikan yang lebih tinggi. “Faktor tersebut juga penting untuk meningkatkan daya saing,” katanya.

Karena itulah Agus menghimbau semua pihak untuk mengembangkan riset dan inovasi. Pemerintah sendiri, katanya, terus mendorong peningkatan kapasitas riset Perguruan Tinggi dan Badan Riset, antara lain dengan menyiapkan Rencana Induk Riset Nasional RIRN, yang sudah selesai disusun oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), sebagai kebijakan pemerintah. Recana induk ini, menurut Agus, akan mengintegrasikan agenda-agenda riset agar lebih terpadu dan saling mendukung.

“Dengan begitu kita bisa meningkatkan kemampuan inovasi, kesiapan teknologi dan itu akan mendukung perguruan tinggi menghasilkan tenaga yang lebih menguasai teknologi. Jelas ini akan mendukung daya saing Indonesia,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed