Java Jive Gelar ‘Konser 1/4 Abad’ di Tahun 2018

Java Jive Gelar ‘Konser 1/4 Abad’ di Tahun 2018Menerawang dulu, boleh kan? Sepertinya ada yang belum-nyambung. Awal konperensi pers (konpers) Java Jive, di Café Halaman kota Bandung (21/12/2017) besliweran pemaknaan missi dari band yang pada 2018, berusia seperempat abad: mereka akan manggung di Garut, Jawa Barat saat pergantian tahun 2017 ke 2018, lokasinya, di Kamojang Green Hotel & Resort (KGHR); selama di Garut itu, akan menembang secara khusus single baru ‘Dansa Yo Dansa’ ciptaan Titiek Puspa – kolaborasi dengan Fariz RM; cerita lain, box set pun kelak akan diluncurkan saat ‘konser ¼ abad’ di Bandung; lalu, kata owner atau pengelola KGHR, nama Java Jive akan diabadikan sebagai nama café atau bar atawa lounge di jaringan KGHR di Garut, Bali, maupun Lombok.

“Boleh usul? Java Jive jadi nama jalan di Bandung, bisa nggak?” pinta Deni (34) penggemarnya, entah iseng atau tidak yang jelas ia tampak serius melontarkan ide ini sambil berbisik ke rekan di sebelahnya di konpers ini.

“Mataknyah, sedikit riweuh tapi asyik kan? Band asal Bandung yang ‘Bandung Pisan’, bisa melewati usia seperempat abad berkiprah. Enam personilnya, masih rukun dan damai. Wal afiat lagi mereka ini, amin…” papar Erlan Effendy, ‘pemain’ vocal Wachdach Band yang juga sama seniornya di kota Kembang Bandung.

Lanjutnya, Erlan yang juga sebagai Ketua Bandung Music Council (BMC), saat didaulat menjadi MC kala konpers, ia angkat tabik pada penggemar Java Jive:”Ini fans-nya sangat militan, lebih baik saya sebut bobotoh saja’, ujarnya disambut derai tawa, serta senyum bungah plus sedikit nyengir kuda yang lucu di mata penggemarnya. Tak urung ada penggemar yang mengakunya beridentitas Komunitas Peace & Love, Sloggy, dan lainnya.

“Koq, bobotoh, kami dinamainya? Da, kami mah cinta banget sama Java Jive dari dulu. Kemana mereka main, selalu hadir,” timpal seorang ibu berparas ayu yang menggiring putrinya Nita (24). Hebatnya, Sang Putri ini bersosok ‘milenia’ zaman now, malah sedikit futuristic –“Nih, saking senangnya sama Java Jive, aku diwarisi kesukaan Mamah. Untung ajah aku senang”.

Versi Baru, ‘Dansa Yo Dansa’

Sebelum menutup konpers, tak ayal Capung (gitar), Noey (bas), Tonny (keyboard), Edwin Saleh (drum), Fatur (vokal), dan Dany Spreet (vokal), didaulat ‘bobotoh’ –nya: “Main dong, sok atuh mainkan lagu dansanyah …?” serempak mereka emprak (tepuk tangan), tatkala prelude hits dilantunkan, sambil mengabadikan aksinya dengan cell phone masing-masing.

Usai tembang ‘Dansa Yo Dansa’ yang jadi pamungkas dari dua lagu bonus lainnya, masih di konpers, silih berganti personal Java Jive seakan bernubuat:”Mau menikmati konser lebih lengkap dalam waktu dekat, hadirlah di perayaan tahun baru di Kamojang Green Hotel and Resort. Sedikitnya, 17 lagu akan kami mainkan. Juga yang top 40 seperti biasa, biar goyang tuh lantai di Garut…” papar Fatur yang ditimpali Damy Spreet –“Buruan daftar ke Garut yuk? Kami main di tengah danau lho?”

Diakui dalam paparannya, gelaran di Garut nanti boleh dianggap pemanasan menjelang ‘konser ¼ abad’ Java Jive. Menurut ke enam peronil ini, butuh persiapan matang dan spesial. “Memang, seperti mesin diesel kali ya? Harus pemanasan dulu?!” seloroh Uchy, ‘Tuan Rumah’ Pengelola Café Halaman, mengomentari betapa serius Java Jive mempersiapkan konsernya kela di 2018.

Eyang Panutan, Titiek Puspa itu…

Sekilas benang merah konpers Java Jive yang ‘pantang menyerah’ dari terjangan dan sungsang-tumbal dunia musik pop di negeri ini, mereka sangat menjunjung tinggi karya anak bangsa:”Kami terharu, kala bertemu Eyang (Titiek Puspa). Memohon lagunya ‘Dansa Yo Dansa’ dinyanyikan oleh kami. Eyang, tak banyak syarat,” terang Fatur yang ditimpali Dany Spreet –“Inilah kebesaran Eyang, patut ditiru. Bila semua itu untuk bangsa, dan pembinaan musik Indonesia, Eyang merelakan tanpa royalty. Ini luar biasa.”

Boleh direnungkan 8 album, plus beberapa single dari Java Jive, hampir ‘¼ abad’ sejak 1993, telah memperkaya khazanah musik pop Indonesia. “Master piece Java Jive, luar biasa dari segi peradaban bangsa. Setara dengan seniornya seperti The Rollies asal Bandung. Mengindonesiakan musik pop. Dulu era 80 dan 90-an , serbuan musik pop asing begitu deras. Java Jive lolos dari keganasan itu,” kata pengamat sosial dan budaya Adi Raksanagara yang dihubungi melalui cell phone.

Sekedar mengingatkan, ini dia karya monumental mereka: 1993 hit single ‘Kau Yang Terindah’ dan ‘Menikah’; 1995 hit single ‘Gerangan Cinta’ dan ‘Permataku’; 1997 hit single ‘Buah Hati’ dan ‘Beri Kami Cinta’; 1999 hit single ‘Dia’ dan ‘Sisa Semalam’; 2003 hit single ‘Gadis Malam’; ‘1993-2006’ hit single ‘Cantik Tapi Menyakitkan’ dan ‘Yang Aku Cinta’; 2008 hit single ‘Hilang’ dan ‘Cinta Kedua’; 2013 hit single Teman Sehati dan Jujur; Single ‘Keliru’ (dulu popular oleh Ruth Sahanaya) Maret 2015; dan Single Insan Kamil (Single Reliji) April 2017.

Pembaca budiman (maaf untuk selain Budi), ternyata cukup berliku bagi Java Jive yang terobsesi menggelar ‘Konser ¼ Abad’ di tahun 2018. “Harus ke Garut dulu. Tak mengapa, kami senang justru menghibur warga Garut atau pendatang lainnya di sebuah resort yang bernuansa pegunungan, namun ada situ atau danau-nya?’, tutup Fatur dengan nada menggupay – “Hayu atuh ka Garut Akang Teteh …”

 

Hari Safiari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed