Perundingan damai Yaman dipastikan akan digelar pada Kamis (21/4) di Kuwait waktu setempat, setelah kelompok pemberontak sepakat untuk mengikuti diskusi dengan jaminan pasukan pro-pemerintah mematuhi gencatan senjata.
“Perundingan damai Yaman akan dimulai besok [Kamis] di Kuwait di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, seperti dikutip AFP, Rabu (20/4).
Delegasi pemberontak pun dikabarkan sudah lepas landas dari bandara Yaman menuju Kuwait melalui Muscat.
Perundingan damai ini seharusnya dilaksanakan pada Senin (18/4) lalu, tapi akhirnya batal karena dugaan pelanggaran Arab Saudi terhadap gencatan senjata yang sudah disepakati sebelumnya.
Selama ini, Saudi mengirimkan pasukan udaranya untuk membantu pemerintah resmi Yaman yang semakin terdesak setelah kelompok pemberontak Al-Houthi berhasil mengambil alih istana kepresidenan.
Raja Saudi, Salman, pun berharap, “Perundingan di Kuwait dapat menghasilkan proses positif.”
Delegasi pemerintah yang sudah tiba di Kuwait sejak akhir pekan akhirnya mengeluarkan ultimatum pembatalan perundingan jika tidak terlaksana hingga Kamis pagi.
Melalui sebuah pernyataan, mereka juga menuding pemberontak Houthi melanggar gencatan senjata di banyak daerah.
Setelah mendapatkan jaminan dari PBB bahwa Saudi akan mematuhi gencatan senjata, delegasi pemberontak akhirnya setuju untuk mengadakan perundingan damai. Kelompok pemantau gencatan senjata gabungan pun sudah diterjunkan pada Rabu (20/4).
Delegasi sekutu pemberontak, Kongres Rakyat Umum (GPC), dipimpin oleh mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang sudah memerintah negara selama 33 tahun hingga 2012. Setelah itu, ia menyatukan kekuatan dengan kelompok pemberontak Houthi.
Seorang sumber Yaman mengatakan bahwa sekutu ini meminta pencabutan sanksi PBB terhadap Saleh dan para pemimpin Houthi.