Petani Subang Enggan Bertanam Padi Gadu Karena Kesulitan Air

Petani Subang Enggan Bertanam Padi Gadu Karena Kesulitan AirSekitar 70 persen dari 4.378 hektare sawah di tiga kecamatan di Kabupaten Subang terkendala dengan pasokan air irigasi dari Bendung Leuwinangka setiap musim gadu. Tahun ini, tak sedikit petani yang memilih untuk tak bertanam padi gadu karena pengalaman dua tahun sebelumnya selalu kerepotan memenuhi kebutuhan airnya.

“Saya tak tanam padi pada musim gadu tahun ini. Soalnya tak ada kepastian pasokan airnya. Memang, sekarang air masih ada karena masih ada hujan. Tapi sebentar lagi kan menjelang kemarau. Pengalaman tiga tahun terakhir kami selalu kerepotan setiap musim gadu,” kata Dede, petani yang sawahnya berada di daerah Tegal Sungsang, Subang, Minggu 22 Mei 2016.

Dia mengungkapkan, sejak bendungan permanen Leuwinangka jebol pertama kali tahun 2012 lalu, pasokan air irigasi ke daerahnya menjadi tak normal. Kini ia hanya bisa bertanam sekali, padahal sebelumnya sawahnya bisa ditanami dua hingga tiga kali. Sekarang, pada musim tanam kedua bahkan harus dibantu dengan pompa atau sumur pantek.

“Kalau mau normal lagi, harusnya pmbangunan bendungan permanen segera dituntaskan,” ujarnya.

Pengurus kelompok tani di Desa Margahayu, Kecamatan Pagaden Barat, Dedi Muhliyadi mengatakan hal sama. Menurut dia, setiap musim gadu pasokan air irigasi dari Bendung Leuwinangka tak bisa diandalkan lagi seperti dulu. Ia mengakui, petani tetap melakukan tanam pada musim gadu karena tak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Pemerintah Kabupaten Subang, Hendrawan, mengatakan bahwa sebelum jebol, bendung Leuwinangka bisa mengairi 4.378 hentare sawah di tiga kecamatan, yaitu Subang, Pagaden Barat, dan Pagaden. Sawah di tiga kecamatan itu mendapat jaminan air melalui irigasi teknis dan umumnya bisa tanam dua hingga tiga kali setiap tahunnya.

“Sejak jebol bendungan permanennya, air jadi kendala setiap masuk musim gadu. Paling cuma 30 persen sawah yang airnya masih bisa terpenuhi, itu pun sawah yang dekat dengan irigasinya. Sementara 70 persen lahan lainnya diragukan dan tak ada jaminan pasokan air, kecuali dibantu dengan sumur pantek. Pompa saja belum tentu bisa kalau sumber airnya tak ada,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *