Menilai isu penting nasional maupun regional Jawa Barat terkait kondisi lingkungan dan kerusakan alam yang semakin buruk, Gerakan Hejo melakukan konsolidasi internal yang dihadiri para pengurus DPD Gerakan Hejo dari beberapa kota dan kabupaten, provinsi Jawa Barat. Program ini berlangsung di Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa di Pasir Impun Kabupaten Bandung, Selasa (24/10/2017).
Ketua Umum Gerakan Hejo Eka Santosa merasa prihatin dengan kondisi lingkungan sekarang ini yang memprihatinkan.
“Bukan tambah membaik, malah baru hujan sebentar saja sudah terjadi banjir dan longsor dimana-mana,” kata Eka yang konsisten memerangi perusak lingkungan selama ini.
Bahasan lainnya dalam raker ini didiskusikan terkait implementasi Permen 39 KLH yang kontroversial. “Bagi-bagi tanah ternyata tak sesederhana seperti sekarang. Pikirkan juga dampak lingkungan ke depan. Kalau hutan tutupan dijadikan lahan pertanian, ini bahaya untuk kondisi lingkungan,” ujar Eka yang menyatakan ia tak anti redistribusi lahan.
Raker yang berlangsung hingga sore, diapresiasi puluhan anggota Gerakan Hejo dari berbagai daerah. “Rencana Mubes pada November mendatang, tambah menarik. Sebabnya, sejak sekarang kita mengidentifikasi perusak lingkungan dari beberapa pimpinan daerah di Jabar. Tunggu saja, nanti dimejahijaukan,” kata Sofyan, aktivis lingkungan dari salah satu kabupaten di Jabar.
“Terdekat kami akan audiensi ke Kapolda Jabar dan Kajati Jabar terkait memejahijaukan para pemimpin daerah,” pungkas Agus Warsito, Sekertaris Umum Gerakan Hejo.
Dalam rapat kerja ini Gerakan Hejo juga menjadi mediator pembagian 400 ribu lebih bibit ikan air tawar. Menurut Ir. M. Husein yang kebagian tugas dari Gerakan Hejo untuk mendistribusikan bibit ikan nilem, tawes, beureum panon, termasuk ikan nila. “Diperkirakan dalm 3 bulan ke depan ini akan menjadi 50 ton asupan protein bagi warga Jabar. Ini pun, andai 50% nya survive di tangan kelompok lingkungan ikan,” pungkasnya.
