Eka Santosa: Seret Pembalak Hutan di Cigugur & Langkaplancar

Eka Santosa: Seret Pembalak Hutan di Cigugur & LangkaplancarIdealnya memperoleh kabar gembira terkait penganugerahan dari Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata untuk 151 pejuang pemekaran yang diserahkan di Lapangan Parigi (23/10/2016) – Ulang tahun ke-4 Kabupaten Pangandaran. Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo yang identik dengan “deklarasi Jabar Darurat Lingkungan”, justru dalam momen ini merasa tergerus hatinya. “Bayangkan, esok harinya dilapori warga Cigugur dan Langkaplancar. Bertahun-tahun, ratusan hektar hutan dibabat bebas. Sumber air rusak, banjir melanda. Mereka mengadu sambil menangis dan marah.

Diketahui, Eka dalam hal ini sebagai salah satu dari 151 penerima anugerah Anubawa Dharma Ekapada. Predikatnya khusus buat Eka sebagai Panglima Pemekaran. Lainnya, Agun Gunanjar Sudarsa sebagai Bapak Pemekaran, dan Hj. Siti Sopiah sebagai Koordinator Presidium di Jakarta. Tetap saja bagi Eka: “Anugerah ini ada yang mengganjal.”

Ganjalan Eka ini dikemukaan secara terbuka pada Selasa malam (25/10/2016) di Pasir Impun Kabupaten Bandung. Gerangannya, sehari usai menerima penghargaan ini (24/10/2016) di salah satu penginapan di Parigi, Kabupaten, Ia menerima keluhan dari warga kabupaten ini yang mengetahui persis proses perusakan hutan di perbatasan Kecamatan Langkaplancar dan Cigugur, sejak tiga atau empat tahun lalu.

Hutan Pangandaran Rusak !

Menurut Eka, para aktivis lingkungan yang dimotori tokoh di Kecamatan Cigugur- Langkaplancar ada di antaranya Dase, Entis, dan Nasirin. “Mengejutkan pejabat setempat ternyata tahu adanya pembalakan liar di leuweung kolot ini. Tak heran akhir-akhir ini di Kabupaten Pangandaran sering terjadi banjir besar. Amblasnya jembatan Putrapinggan, itu bukti nyata!”.

Terkait hal ini, laporan dari media yang menyoroti fenomena pembalakan ini cukup kerap dimuat. “Tak ada efek nyata di lapangan, ke penghentian atau penindakan hukum. Para pelapor menyebutnya ke pejabat setempat sudah weureu seubeuh – kena sumpal”, ujar Eka menirukan ucapaan pelapornya.

Contoh nyata dari reportase Donny Iqbal dan Jay Fajar www. Mongabay.co.id (11/10/2016), kiranya bisa kita simak ringkasannya – Mengacu ke RTRW Kabupaten Pangandaran dan Ciamis, seharusnya kecamatan Langkaplancar dan Cigugur ditetapkan sebagai wilayah resapan air dan konservasi. Kenyataan di lapangan malah terjadi anomali yang berujung ke alih fungsi kawasan. Di kawasan hulu yang notabene hutan konservasi, berubah menjadi hutan produksi yang dikelola Perhutani.

Menindaklanjuti fenomena di atas, menurut Eka sangat menyesakkan dada. Hari itu juga (24/10/2016 –red) sudah dilaporkan ke Solihin GP:”Segera lakukan tindakan di lapangan, seret pelakunya ke ranah hukum”, lagi Eka menirukan ucapan penasihat Gerakan Hejo yang juga sesepuh di DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda).

Kembali, seiring keperihatinan mendalam atas rusaknya hutan itu, kini Eka sedang membentuk formatur pengurus Gerakan Hejo di daerah ini. “Jangan main tundalah. Penduduk diberdayakan dengan perangkat organisasi dan landasan hukum memadai”.

Lantas bagaimana perihal penghargaan Anda sebagai Panglima Pemekaran di Kabupaten Pangandaran? “Dalam batas tertentu saya apresiasi, namun dengan catatan tebal”, begitu ujar Eka yang yakin melalui rencana pembentukan Gerakan Hejo di sana – akan me-revitalisasi Rakgantang (Gerakan Gandrung Tatangkalan – red). “Perintah ini sesuai sesuai anjuran Mang Ihin (sapaan Solihin GP). Seret para perusak hutan di Jabar!” tutupnya dengan geram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Yang harus diseret itu adalah petugas penjaga hutannya karena dia tidak mampu mengemban amanah…tidak becus dia…

News Feed